Senin, 13 Juli 2015

UMROH---BERBAKTI KEPADA ORANG TUA



Aku mempunyai seorang kawan yang sudah tua. Namanya adalah Pak Sunarto. Aku mengenalnya beberapa tahun yang lalu di Pasar Masaran Cawas.  Saat itu aku bekerja sebagai Operator Warnet- Army Net di alamat yang sama. Aku mengenalnya karena ia sering melambaikan tangannya dari balik kaca transparan di pagi hari ketika ia datang dan sore hari ketika ia akan pulang bekerja. Ia bekerja dan duduk di luar ruangan sebagai tukang jam. Sedangkan aku duduk di dalam ruangan sebagai operator. Di hari-hari pertama aku merasa heran  dengan apa yang ia lakukan. 

Suatu saat aku bertanya kepada temanku yang telah lebih dahulu mengenalnya. Dari temanku itu aku mengetahui namanya “Pak Sunarto”. Temanku juga memberitahu dimana alamat rumahnya. Lalu aku meluangkan waktuku untuk berbicara dan berkenalan. Karena kami sering bertemu, kami menjadi akrab dan bercerita berbagai hal. 

Suatu kali aku diundang ke rumahnya. Ia bercerita tentang anak laki-laki yang kuliah di Semarang. Aku sangat tertarik mengetahuinya karena namanya Edi Sugiharto.  Nama yang hampir sama dengan kakakku Edi Suparno. Pak Sunarto memberikan nama anak bungsunya dengan nama Edi Sugiharto dengan harapan anaknya itu menjadi orang yang kaya. Nama Sugiharto adalah berarti kaya harta (kata sugih artinya kaya dan Arta atau Harta artinya uang). Harapan Pak Sunarto kesampaian,  mas Edi Sugiharto bisa kuliah dan bekerja mandiri di UNNES Semarang. Ia juga membuka kios servis jam di dekat kampus di UNNES Semarang. Ia mewarisi ilmu tentang dunia jam dari bapaknya.

Karena kesibukan, aku tidak lagi bertemu dengan Pak Sunarto beberapa tahun. Namun suatu saat kakakku Edi Suparno memintaku untuk membawa jam tangannya agar diperbaiki oleh Pak Sunarto. Saat itu aku merasa berat untuk melakukan. Aku tidak tahu kenapa, tetapi kadang kita manusia seperti itu. Kita malas untuk melakukan pekerjaan tertentu, padahal kita dulu  senang sekali melakukannya. Setelah beberapa hari, akhirnya juga aku berangkat juga. Aku mendatangi Pak Sunarto yang sedang bekerja di Pasar. Aku memberikan jam tangan kakakku untuk diperbaiki. Masalahnya ternyata sangat sederhana, baterainya habis. Saat diganti baterai baru, jam itu bisa bergerak. 

Saat itu kami juga bercerita banyak hal. Ia bercerita bahwa anaknya Edi Sugiharto itu menawarinya untuk berangkat umroh. Tetapi Pak Sunarto merasa belum siap. Ia merasa masih banyak dosa dan belum hafal doa-doanya.  Lalu aku berkata, “Umroh itu keinginan banyak orang. Berbakti kepada orang tua (dengan cara memfasilitasi biaya umroh) itu juga impian setiap orang. Berangkat saja segera. Waktu anda tidak banyak. Jika sampai bisa hafal semua doa, sampai kapan? Kebetulan beberapa bulan lalu paman dan bibiku di Semarang juga berangkat Umroh.” 

Pak Sunarto mengerti dan senang dengan perkataanku. Saat itu ia berniat untuk berangkat umroh dengan fasilitas biaya dari anaknya. Umroh itu impian banyak orang. Berbakti kepada kedua orang tua itu juga impian banyak orang. Namun tidak setiap orang bisa melakukan. Semuanya terjadi atas izin Tuhan.

Ketika aku berkunjung kembali ke rumahnya di Baran, aku menegaskan lagi, “Berangkat Umroh saja segera. Anda telah sukses menjadi orang tua dan sekaligus guru. Pertama anda telah berhasil menjadi orang tua pada umumnya (merawat anak hingga tumbuh besar, sekolah dan berkeluarga), dan kemudian anda bisa mewariskan ilmu anda ---mengenai dunia jam kepada anak anda. Dan anak anda sukses dari hasil bisnis jam. Biaya umroh yang akan keluarkan untuk anda belum sebanding dengan ilmu jam anda yang telah anda berikan kepada anak anda untuk bekalnya dalam bisnis jam.” Pak Sunarto sangat senang dengan perkataanku. Aku kemudian berpamitan dan mohon diri. Ia memintaku untuk datang di lain kali. Ia juga memintaku agar mengunjungi anaknya itu di Semarang suatu saat nanti.

Jumat, 10 Juli 2015

PAK, JANGAN MENGELUH LAGI..




Sakit Gigi

Bapakku adalah seorang petani di desa. Dari hasil bertani bapak bisa membiayai kebutuhan hidup keluarga. Bahkan ia berhasil membiayai kuliah kami keempat anaknya hingga lulus sarjana. Itu adalah prestasi yang besar yang tidak setiap orang bisa lakukan. 

Saat ini bapakku sudah tua, badannya mulai melemah dan pendengarannya menurun. Giginya mulai goyang dan beberapa sudah tanggal. Maklum usia bapakku saat ini sudah sekitar 70 tahun.

Pernah suatu ketika aku mendengar suara kesakitan bapakku ketika sedang makan malam. Makanan yang dikunyah membuat sakit pada giginya. Kejadian itu berulang sampai beberapa kali. Aku merasa kasihan ketika melihatnya, tetapi aku tidak tahu apa yang harus kulakukan. 

Suatu saat aku berkata, “Pak, sudah menjadi hal yang umum bahwa ketika usia sudah tua, semua bagian tubuh melemah dan mulai sakit-sakitan. Demikian juga gigi mulai tanggal. Itu adalah hal yang biasa. Jika bapak terus mengeluh dengan gigi yang tanggal atau sakit, maka itu tidak sejalan dengan impian bapak agar dikasih Allah umur yang panjang. Buat apa umur panjang kalau terus merasa menderita? Lain kali jangan mengeluh lagi. Kalo sakit gigi ya sedikit ditahan.”

Sejak saat itu bapakku tidak lagi mengeluh karena sakit giginya.

Sakit Maag

Bapakku juga mempunyai keluhan sakit maag. Kata bapakku kadang perutnya terasa perih. Beberapa saran tetangga untuk minum obat tertentu telah dilakukannya.  Bapak juga telah pergi ke puskesmas untuk berobat beberapa kali. Tetapi sakit maag bapak belum sembuh.

Aku berkata, “Pak, sakit, kesusahan dan kesedihan itu penghapus/penggugur dosa. Dengan sakit itu Allah akan menggugurkan dosa-dosa kita seperti pohon yang menggugurkan daun-daunnya. Jika kita tahu hal itu, paling tidak kita merasa senang dan tenang. Ada sebagian dosa-dosa kita yang kita tidak ketahui lalu dihapuskan oleh Tuhan. Bukankah itu sesuatu yang baik bagi kita saat kita sakit? Jangan banyak  mengeluh karena sakit. Tetapi juga kita berusaha agar sembuh dari sakit karena sakit itu memang tidak menyenangkan.”

Aku mengatakan hal yang demikian agar bapakku bisa lebih sabar dengan sakit yang dideritanya. Jika kita mengeluh karena sakit (ujian yang diberikan Allah kepada kita), maka kemuliaan kita di sisi Allah  akan menurun. Besarnya pahala seseorang itu tergantung seberapa besarnya ujian. Jika kita banyak mengeluh ketika kita sedang sakit ringan (ujian kecil), lalu bagaimana kita nanti akan masuk surga?

Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah seseorang muslim ditimpa keletihan, penyakit, kesusahan, gangguan, kegundahan-kegundahan hingga duri yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapuskan sebagian dari kesalahan-kesalahannya.” (HR. Bukhari)

Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah kamu mencaci-maki penyakit demam, karena sesungguhnya (dengan penyakit itu) Allah akan menghapuskan dosa-dosa anak Adam sebagaimana tungku api yang menghilangkan kotoran-kotoran besi.” (HR. Muslim)

Nabi SAW bersabda, “Jika Allah menghendaki kebaikan untuk seorang hamba-Nya maka Allah akan menyegerakan hukuman untuknya di dunia. Sebaliknya jika Allah menghendaki keburukan untuk seorang hamba, maka Allah akan biarkan orang tersebut dengan dosa-dosanya sehingga Allah akan memberikan balasan untuk dosa tersebut pada hari Kiamat nanti.” (HR. Tirmidzi)