Kesederhanaan Rasulullah SAW
Umar
bin Khattab RA berkata, “Puteriku Hafshah, ceritakan kepadaku tentang kehidupan
Nabi Muhammad SAW selama bersamamu.” Hafshah menjelaskan, “Rasulullah SAW
memiliki sepasang pakaian yang dipakai pada hari Jumat ketika menerima tamu.
Makanannya roti terbuat dari tepung kasar yang dicelupkan ke dalam minyak.
Ketika kuoleskan mentega dari kaleng yang mulai kosong, beliau memakannya
dengan penuh nikmat dan membagi-bagikannya kepada orang lain. Kala tidur,
beliau hanya menggunakan sehelai kain tebal, ketika musim panas dilipat empat
dan musim dingin tiba beliau lipat menjadi dua. Separuh sebagai alas tidur dan
lainnya untuk selimut.” Kalifah Umar bin Khattab RA berkata, “Pergilah dan
katakan kepada mereka bahwa Rasulullah mencontohkan pola hidup sederhana dan
merasa cukup dengan apa yang ada demi mendapatkan akherat. Dan aku akan
mengikuti jejak langkahnya hingga kelak aku bertemu dengannya.”
Kearifan dan Kebijaksanaan
Suatu
hari, Khalifah Umar bin Abdul Azis mendapati salah seorang puteranya
berlumuran darah dilukai seorang anak nakal. Orang tua anak nakal itu segera
menghadap Umar untuk meminta maaf. Umar memaafkannya dan memberikan uang begitu
mengetahui bahwa anak nakal tersebut adalah seorang anak yatim. Melihat
tindakan Umar, istrinya keheranan seraya bertanya, “Wahai suamiku, anak itu
telah melukai anak kita. Mengapa engkau malah memberinya uang?” Sambil
menenangkan istrinya, Umar bin Abdul Azis menjawab, “Anak itu memang nakal.
Namun ia adalah anak yatim yang harus kita bantu.” Istri Umar bin Abdul Azis
pun mengerti apa yang dilakukan suaminya.
Dalam kisah yang
lain, Khalifah Umar bin Abdul Azis masuk ke sebuah masjid bersama pengawalnya.
Karena keadaan malam dan gelap, kaki Umar menyandung seseorang yang sedang
tidur. Orang tersebut terbangun kaget. Dengan kesal ia membentak Umar, “Hai,
apakah kamu ini gila?” Gelapnya suasana saat itu membuat orang itu tidak tahu
kalau yang dihardiknya adalah Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Tapi Umar bin Abdul
Azis menjawab dengan tenang, “Tidak. Saya tidak gila. Saya mohon maaf karena
telah menginjak kaki anda tanpa sengaja.” Pengawal yang mendampingi Umar
bin Abdul Azis marah. Ia hendak memukul orang itu. Namun, Umar segera memegang
tangan pengawalnya, serasa berbisik, “Sabarlah. Orang ini hanya bertanya
apakah aku gila atau tidak? Lalu kujawab bahwa aku tidak gila.” Keduanyapun
berlalu.
Dalam kesempatan
lain, ketika ada yang memakinya, dengan tenang Umar bin Abdul Azis berkata,
“Saudaraku apakah engkau ingin aku kehilangan pahala di akherat?”
Suatu
hari seorang Syaikh membeli buah semangka di pasar. Tujuan utamanya, ingin
membahagiakan keluarganya. Ketika sampai di rumah, anggota keluarganya
marah-marah dan tidak menyenangi semangka itu. Syaikh berkata, “Kepada siapa kalian
marah? Kepada penjual? Pembeli? Penanam? Atau Allah yang menciptakannya?”
Syaikh melanjutkan, “Jika
kepada penjual, maka ia telah menjual yang terbaik. Jika kepada pembeli, ia
telah memilah buah semangka yang baik. Jika kepada penanam, ia telah menanam
bibit unggulan. Jika kepada Yang Menciptakan, bertaqwalah dan ridhalah atas
segala ketetapan-Nya.” Akhirnya keluarga Syaikh tersebut sadar dan mereka
pun mau memakan buah semangka itu. Mereka mengerti, bahwa semangka itu
merupakan karunia yang berharga dari sisi Allah bagi makhluk-Nya.
Petani Tua dan
Petani Muda
Ada seorang petani
desa yang sudah renta dan lemah. Dia tampak asyik sedang menanam pohon kelapa di
kebunnya. Seorang petani yang masih muda mencoba mendekati petani tua itu. Lalu
ia bertanya, “Wahai kakek, mengapa engkau menanam pohon kelapa ini,
sementara engkau sudah tua renta? Bukankah umurmu tidak sepanjang usia pohon
kelapa ini sampai ia berbuah?” Sambil tersenyum kakek itu menjawab, “Memang
umurku sudah tua, bahkan tulang-tulangku pun sudah terasa lemah. Tapi aku
menanam pohon kelapa ini, agar bisa dimanfaatkan oleh anak cucuku nanti.
Bukankah dulu aku bisa menikmati tanaman di kebun ini, karena orang-orang
sebelumku yang telah menanam sebelumnya? Biarlah ia menjadi amal jariah bagiku
di hadapan Allah.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar