Senin, 06 Januari 2014

AWAS PENGADU DOMBA KELUARGA

Orang berpandangan, bahwa faktor terpenting dalam menjaga keutuhan dam keharmonisan sebuah rumah tangga adalah adanya sikap saling memahami, cinta dan kasih sayang antara pasutri. Pandangan ini tidak salah. Namun sebenarnya ada faktor lain yang sering muncul dalam kehidupan pasangan suami-istri sebagai pertengkaran mulut, menimbulkan kegersangan, mengubah sikap dan pandangan terhadap pasangan. Pada akhirnya mengubah bahtera rumah tangga yang sejuk menjadi lautan api. Faktor itu tidak lain adalah tukang pengadu domba.

Hukum Mengadu Domba

Mengadu domba, istilah yang sering digunakan untuk menimbulkan kebiasaan permusuhan antara dua orang yang sebelumnya akrab dan bersahabat. Secara umum, perbuatan ini amat diharamkan karena melibatkan banyak perbuatan yang diharamkan oleh Allah secara terpisah, seperti ghibah (menggunjing), sibaab (mencaci), sukhrah (menghina), badzaa-ah (bicara kotor) dan lain sebagainya. Karena kebiasaan yang satu ini, biasanya dilakukan oleh orang yang kompeten sebagai provokator, dan mempunyai modal sebagai penghasut serta memiliki berbagai karakter jelek di atas, sehingga pas kalau dikatakan sebagai ‘tukang adu domba’. 

Perbuatan ini sudah banyak dikecam dalam Islam. Allah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) itu lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita  (mengolok-olokan) wanita lain, (karena) boleh jadi wanita (yang diperolok-olok) itu lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokan) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) sesudah beriman dan barang siapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zhalim.” (Al Hujurat:11)  Secara tegas ayat ini Allah mengharamkan dan menjelaskan kejelekan perbuatan yang menjadi ciri khas si tukang adu domba yaitu mengolok-olok.

Selain itu, secara khusus perbuatan ini juga dijelaskan larangannya dalam banyak hadist. Ini semakin menegaskan jeleknya perbuatan yang satu ini. Rasulullah  SAW bersabda : “Tidak akan masuk surga qattat yaitu orang yang suka mengadu domba.” (HR Al Bukhari dan Muslim)
Arti qattat adalah nammam, yakni orang yang menukil ucapan, lalu membumbui, mengemas dan membuatnya sedemikian rupa, baru disebar-sebarkan di tengah masyarakat. Lihat An-Nihayah oleh Ibnu Atsier I:II.
Rasulullah SAW juga bersabda : “Bukanlah termasuk golongan kami orang yang melakukan khabbab, yakni tipu daya.” Arti khabbab adalah menipu dan merusak. Lihat An-Nihayah oleh Ibnul Atsier, II -105.

Gambaran Orang Yang Suka Mengadu Domba

Dalam operasinya sebagai ‘tukang gaduh’, si pengadu domba memiliki banyak cara yang biasa mereka lakukan. Diantara cara-cara tersebut yang paling sering dipertontonkan misalnya : 

    Mengejek dan menjelekkan si istri dihadapan sang suami atau sebaliknya. Misalnya mengatakan, “Eh, kamu kok mau sih, kawin sama suami yang jelek begitu. Apa tidak ada yang lain?” Mungkin ungkapan itu dilakukan dengan bergurau. Tetapi sering membawa hasil yang lumayan serius. Si istri atau suami mulai membayang-bayangkan pasangannya. Secara tidak sadar ia bergumam, “Iya…ya. Suami saya memang kelihatan jelek. Kenapa saya menikah dengan dia? Jangan-jangan saya kena pelet!” Akhirnya  si istri menjadi buruk sangka terhadap suaminya. Hubungan bisa semakin merenggang. Belum lagi bila si istri juga merasa jatuh gengsinya terus berdampingan dengan suami. Pasalnya suaminya juga sering menjadi bahan ejekan orang lain. Kasus demikian lebih sering terjadi dalam masyarakat yang mengabaikan syariat hijab.
·         Mempengaruhi pendirian sang istri. Model ini biasa dilakukan oleh kerabat atau teman-teman dekatnya. Mereka biasanya memanas-manasi si istri untuk menuntut sang suami memenuhi semua kebutuhannya. Tidak terbatas kebutuhan yang bersifat primer maupun sekunder, yang tersier dan luks pun harus terpenuhi. “Kenapa kamu tidak minta dibelikan ini dan itu?” “Sudah lama menikah, kok ruang tamunya masih bersih. Kayak lapangan bola aja. ” Atau dengan menyebut-nyebut kekurangan suami. Mengingatkan si istri tentang sikap jelek suaminya. Padahal selama ini si istri sudah mampu bersabar. Tetapi karena dipanas-panasi orang lain, akhirnya jebol juga dinding kesabarannya. “Memangnya saya nggak bisa marah?” Mungkin begitu reaksi si istri yang sudah termakan hasutan.
·         Menebar fitnah dalam rumah tangga pasutri. Mengatakan kepada pihak istri bahwa suaminya telah melakukan perbuatan jelek, atau sebaliknya. Racun fitnah ini akan merusak keharmonisan di antara keduanya. Ada kalanya tuduhan itu berasal dari orang luar tak dikenal via telepon, misalnya. Namun itupun dapat menimbulkan konflik dan permusuhan antara suami dan istri. Yahya bin Aktsam berkata :”Pengadu domba itu lebih jahat daripada tukang sihir. Pengadu domba mampu melakukan suatu perbuatan dalam satu jam yang kalau dilakukan oleh seorang dukun butuh waktu satu bulan.
Bahaya Si Tukang Adu Domba Terhadap Keluarga

Menciptakan kerenggangan antara dua orang yang memadu kasih dalam landasan syariat, adalah dosa besar. Islam amat mengecam orang yang suka ikut campur dalam rumah tangga orang lain, menghasut dan menyebarkan api pertikaian di antara mereka berdua. Oleh sebab itu, secara khusus Rasulullah SAW bersabda : “Bukanlah termasuk golongan kami orang yang membuat makar untuk memisahkan wanita dari suaminya.” (Riwayat Abu Dawud dalam Kitab Ath-Talaaq)

Bahkan secara tersirat, Allah amat mengecam tukang sihir  yang suka memisahkan antara suami dengan istrinya. Allah berfirman : “Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan istrinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah.” (Al Baqarah :102)

Pada dasarnya, memang setan juga yang mendorong seseorang untuk melakukan makar terhadap sebuah keluarga yang sehat. Sikap iri, dengki dan sejenisnya, sering mendorong orang untuk merusak kebahagiaan orang lain. Oleh sebab itu, baik suami maupun istri tidak boleh seratus persen merasa aman bila  banyak bergaul dengan tetangga, dianggap orang yang supel dan banyak teman. Sifat itu memang terpuji. Tetapi kalau tidak bisa membawa diri, sering justru memyimpan musuh dalam selimut. Karena tidak sedikit orang yang suka menohok kawan sendiri. Dengan dasar ini, coba sedikit berhati-hati menghadapi kebiasaan orang yang berbahaya ini.

Jangan Pedulikan Omongan Orang

Oleh sebab itu, suami atau istri jangan mudah terpengaruh oleh omongan diluar. Meskipun sebagian yang mereka katakan mungkin benar, tetapi mendengarkan ucapan orang yang terkadang berniat tidak baik, seringkali menimbulkan kebencian pada diri kita terhadap pasangan kita. Padahal kita adalah orang yang paling mengetahui kondisi pasangan kita sendiri.
Allah berfirman : “Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina..” (Al Qalam : 10)
Karena orang yang banyak bersumpah dalam berbicara, semakin tidak memiliki harga dalam kaca mata Islam. Allah juga berfirman : “yang banyak mencela, yang kian kemari menghambur fitnah…” (Al Qalam :11)

Yakni yang banyak mencela, banyak menyebarluaskan aib. Banyak menghamburkan fitnah, yakni menyebarkan ucapan di kalangan manusia untuk merusak hubungan sesama mereka. (Lihat Tafsir Al-Jalalain, hal -)

Suami istri hendaknya juga selalu menyelidiki berbagai berita yang sampai dan tidak buru-buru dalam mengambil keputusan. Allah berfirman : “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (Al Hujurat :6)

Dengan sikap yang benar dalam menghadapi para mengadu domba tersebut, niscaya pasangan suami istri tidak akan goyah dalam menghadapi setiap fitnah dan hasutan. Dan yang terpenting, jagalah ketakwaan kepada Allah. Baca kembali hukum-hukum tentang perbuatan-perbuatan jelek yang tersebut di atas, seperti ghibah, mencaci, mengolok-olok, merusak rumah tangga orang dan lain sebagainya. Agar kita sendiripun tidak menjadi tukang gaduh bagi rumah tangga orang lain.


****
Sumber : Majalah Nikah Edisi 6/1/2002