Aku pernah
bertanya kepada bapakku, "Pak lebih cepat mana, antara gerobak A yang
didorong 10 orang dan gerobak B yang didorong oleh seorang saja. Ukuran dan
bentuk gerobak sama."
Saat itu
bapakku dengan tegas langsung menjawab, "Ya jelas gerobak A yang didorong
oleh 10 orang."
Lalu aku
mengatakan, "Belum tentu. JIka ke 10 orang yang mendorong gerobak itu
tidak tahu sama sekali bagaimana (ilmunya) mendorong gerobak, maka gerobak A
tidak akan bergerak cepat atau gerakan gerobak tidak akan terarah. Jika ke 10
orang itu mendorong gerobaknya tidak searah, resultan dari gaya-gaya yang
mereka keluarkan akan saling meniadakan. Jadi gaya gerak yang dihasilkan dari
10 orang itu hanya kecil sekali. Apalagi jika ke 10 orang itu hanya sibuk
bertengkar, mereka tidak segera memulai mendorong, maka gerobak tetap diam.
Jika demikian yang terjadi, gerobak B yang didorong satu orang bisa bergerak
lebih cepat daripada gerobak A."
Saat itu
bapakku hanya diam. Tapi aku yakin bapakku paham.
Aku
menceritakan hal yang demikian, karena aku sering melihat pertengkaran di
masyarakat hanya karena urusan kecil. Saat itu aku juga baru saja bertengkar
dengan bapakku karena suatu urusan. Aku khawatir bapak masih marah karena
persoalan sebelumnya.
Demikian
juga di televisi atau radio, kadang orang-orang hanya mengatakan sesuatu yang
dianggapnya paling benar. Padahal itu hanyalah cara/metode saja untuk mencapai
suatu tujuan. Mengapa kita tidak memilih salah satu dari cara yang ada dan
menerimanya? Kita tidak usah terlalu banyak berdebat bahwa: 'Ini paling baik.
Ini paling benar.' Semua itu hanyalah cara saja. Belum tentu baik. Belum tentu
juga benar.
Musyawarah,
ya musyawarah. Silahkan! Musyawarah itu dianjurkan/diperintahkan dalam
agama.Tetapi jangan lama-lama. Segeralah membuat keputusannya.