Jumat, 13 September 2013

MEMBESARKAN ANAK KREATIF


(Para Orang Tua Seharusnya Tahu)

Tahukah anda bahwa selama ini kita hanya menggunakan 3% dari seluruh kemampuan otak kita? Itu disebabkan karena sebagian besar kemampuan otak kita terkunci di dalam pikiran bawah sadar, yang merupakan bagian dari otak kanan. Sementara selama ini hampir seluruh kehidupan kita, baik mulai dari sekolah sampai kegiatan sosial sehari-hari, hanya menekankan pada kemampuan otak kiri.

Telah ditemukan bahwa keseimbangan otak kanan dan kiri pada awal kehidupan anak dapat meningkatkan kecerdasan  sampai batas maksimal. Salah satu unsur yang dikendalikan oleh otak kanan adalah daya kreativitas. Bagaimana mengembangkan daya kreativitas anak? Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan konsep dan gagasan yang sama sekali baru, berbeda dan unik, yang sebelumnya tidak ada pembuatnya.  Kreativitas bukanlah fantasi semata, namun harus mempunyai maksud dan tujuan.

Antara Kreativitas dan Inteligensi

Kreativitas merupakan salah satu ciri dari perilaku intelegensi, karena merupakan manifestasi dari proses kognitif. Meskipun demikian, hubungan antara kreativitas dan inteligensi tidak selalu menunjukkan bukti-bukti yang memuaskan. Walau ada anggapan bahwa kreativitas mempunyai hubungan yang bersifat kurva linear dengan inteligensi, tapi bukti-bukti yang diperoleh dari berbagai penilitian tidak mendukung hal itu. Skor IQ yang rendah memang diikuti oleh tingkat kreativitas yang rendah pula. Namun semakin tinggi skor IQ, tidak selalu diikuti tingkat kreativitas yang tinggi pula. Sampai pada skor IQ tertentu, masih terdapat korelasi yang cukup berarti. Tetapi pada IQ yang lebih tinggi lagi, ternyata tidak ditemukan adanya hubungan antara IQ dengan tingkat kreativitas.

Mengapa bisa terjadi? J. P Guilford menjelaskan bahwa kreativitas adalah suatu proses berpikir yang bersifat divergen, yaitu kemampuan untuk memberikan berbagai alternatif jawaban, berdasarkan informasi yang diberikan. Sebaliknya, tes inteligensi hanya dirancang untuk mengukur proses berpikir yang konvergen, yaitu kemampuan untuk memberikan satu jawaban atau kesimpulan yang logis, berdasarkan informasi yang diberikan. Ini merupakan akibat dari pola pendidikan tradisional yang memang kurang memperhatikan pengembangan proses berpikir divergen. Walau kemampuan ini terbukti sangat berperan dalam berbagai kemajuan yang dicapai oleh ilmu pengetahuan.

Seberapa pentingkah kreativitas?

Kreativitas sangat penting bagi penyesuaian pribadi dan sosial yang baik dan anak. Kreativitas juga dapat memberikan kesenangan dan kepuasan pribadi yang sangat besar bagi anak. Ini merupakan pengaruh penting dalam perkembangan kepribadiannya. Tidak ada yang memberi rasa puas yang lebih besar bagi anak, daripada menciptakan sesuatu sendiri. Dan tidak ada yang lebih mengurangi harga diri anak, daripada kritikan dan ejekan terhadap hasil kreasinya. Bahkan sekedar pertanyaan, “Sebenarnya itu bentuk apa sih?” terhadap bentuk kreasi yang dibuatnya. Perlu diingat, kreativitas merupakan suatu proses, buan suatu hasil. Kreativitas mengarah pada proses penciptaan sesuatu yang baru, berbeda dan unik bagi anak, baik itu berbentuk lisan atau tulisan, konkrit atau abstrak.

Dapatkah ditingkatkan?

Sampai saat ini, para ahli perkembangan anak belum dapat memastikan, manakah yang lebih banyak mengembangkan kreativitas anak, di antaranya faktor bawaan dan cara mendidik orang tua. Namun yang jelas, para ahli sependapat bahwa kreativitas anak dapat ditingkatkan. Bagaimana caranya?
Ø  Adanya waktu/kesempatan yang cukup
Agar menjagi kreatif, berikanlah anak kesempatan untuk bebas bermain-main dengan gagasan dan konsepnya, serta biarkan dia mencobanya dalam bentuk baru dan orisinal. Kegiatan yang terlalu dibatasi hanya akan membuat kreativitasnya padam.
Ø  Kesendirian
Anak dapat menjadi kreatif bila ia tidak mendapat tekanan dari kelompok sosial. Dengan adanya waktu dan kesempatan menyendiri, anak dapat mengembangkan kehidupan yang kaya imajinasi.
Ø  Dorongan
Terlepas dari seberapa jauh prestasi anak memenuhi standar orang dewasa, dorongan untuk menjadi kreatif sangat dibutuhkan. Selama ini, kebanyakan anak kreatif mendapatkan ejekan dan kritikan, karena hal baru dan aneh yang mereka hasilkan. Bimbingan dan dorongan dari lingkungan rumah dan sekolah yang diberikan semenjak dini, dapat menjadikan kreativitas sebagai suatu pengalaman yang menyenangkan dan dihargai secara sosial.
Ø  Sarana
Sarana bermain yang tersedia dapat merangsang dan mendorong anak untuk bereksperimen dan bereksplorasi dengan benda-benda disekelilingnya. Dua hal ini merupakan unsur penting yang mendukung kreativitas.
Ø  Kesempatan mendapat pengetahuan
Semakin banyak pengetahuan yang didapat anak, kreativitasnyapun akan semakin terasah. Doronglah anak untuk mau memanfaatkan waktunya untu mencari ilmu sebanyak-banyaknya, agar wawasan anak lebih berkembang!
Ø  Hubungan orang tua dan anak
Kreativitas dapat mempengaruhi oleh hubungan orang tua dan anak. Orang tua yang terlalu keras terhadap anak. Sementara, orang tua yang tidak terlalu melindungi (posesif) terhadap anak, mendorong anak untuk mandiri dan percaya diri. Dua kualitas yang sangat mendukung kreativitas.

Biarkan Kreativitasnya Berkembang

Grub menjelaskan bahwa dalam satu tes, mereka memberikan beberapa pertanyaan sederhana. Misalnya,”Bagaimana Anda dapat menggunakan sepotong kertas?” Semakin banyak ataupun semakin asing  jawaban yang diberikan, maka mereka dianggap semakin kreatif. Tidak mengherankan, orang tua yang kreatif tampaknya mempunyai anak-anak yang lebih kreatif.

Dengan memusatkan perhatian pada cara orang tua mendidik, para peneliti merekam interaksi antara orang tua dan anak mereka saat sedang bermain. Mereka membuat asumsi bahwa orang tua dengan cara mendidik yang paling mendukung dan memungkinkan, akan mempunyai anak-anak paling kreatif. Memungkinkan berarti bersikap sangat fokus kepada anak, bertanya tentang apa yang ingin ia lakukan, mengapa begini atau begitu, serta hal lain yang seperti itu. Benarkah demikian?

Ternyata dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa asumsi yang mereka buat keliru. Gaya mendidik yang memungkinkan bukan hanya tidak ada kaitannya dengan tingkat kreativitas tertentu pada anak. Akan tetapi justru (meskipun tidak besar) cenderung menyebabkan berkurangnya kreativitas.  Malah gaya ini dapat berkembang menjadi sikap memaksa  yang membuat orang tua sering berkata, “ Jangan begitu, lakukan seperti ini”, dan tidak memberikan banyak pilihan kepada anaknya.

Riset Dr Dale Grubb menunjukkan bahwa anak yang orang tuanya benar-benar membiarkan mereka  akan menjadi lebih kreatif dibandingkan anak yang orang tuanya lebih banyak terlibat dalam proses kreativitas mereka. Sebaliknya, para orang tua yang suka mengajari berbagai hal kepada anak-anak mereka, cenderung mempunyai anak-anak yang kurang kreatif. Ini karena orang tua terlalu berlebihan mencoba terlibat dalam proses kreativitas anak.

Bagaimana kreativitas terhambat?

Sejak awal, kreativitas terlihat dari cara-cara bayi bermain dengan mainannya. Pada waktu itu, setiap hal yang menghalangi kreativitas dapat membekukan kreativitas. Apa saja itu?

·         Kurangnya Rangsangan
Kurangnya rangsangan dapat disebabkan dari ketidaktahuan orang tua tentang pentingnya kreativitas. Juga adanya anggapan orang tua bahwa kreativitas merupakan faktor bawaan, sehingga  alam akan membentuk kreativitas anak dengan sendirinya. Akibatnya rangsangan untuk kreatif sering diabaikan. Saat anak telah masuk sekolah, mereka baru memperoleh rangsangan yang pada saat itu mungkin sudah terlambat, karena anak telah terbiasa mengikuti pola yang telah diberikan orang lain, sehingga bertindak atau berpikir kreatif menjadi terlalu sulit.

·         Sikap negatif dari lingkungan
Gagasan yang aneh, tidak wajar dan terkadang tampak tidak masuk akal, seringkali identik dengan anak yang kreatif. Itu pula yang menyebabkan anak kreatif lebih banyak mendapatkan kritikan dari lingkungan.

·         Kurangnya penghargaaan
Kurangnya penghargaan tidak saja mengurangi kreativitas, namun lebih buruk lagi. Hal ini menunjang perilaku menyimpang dengan mengembangkan konsep diri yang negatif dalam diri anak. Beberapa anak yang kreatif, mungkin akan menarik diri dari lingkungan yang menganggap mereka negatif. Sementara anak yang lain menunjukkan sikap membangkang.

TIPS BERMAIN KREATIF

Menjadi kreatif, penting bagi anak kecil karena menambah makna dalam permainannya. Saat kreativitas dapat membuat menyenangkan, anak akan merasa bahagia dan puas. Dua hal ini akan membantu dalam menumbuhkan penyesuaian pribadi dan sosial yang baik. 

Krativitas dalam diri anak dapat terbentuk dari aktivitas bermain dengan dukungan berbagai alat permainan. Beberapa tip berikut dapat anda pertimbangkan :

-          Hindari  alat-alat permainan yang memaksakan konsep struktur, atau membatasi kreativitas anak, misalnya memberikan boneka dengan pakaian lengkap, atau buku berwarna dengan gambar yang tinggal diwarnai. Jauh lebih baik berikan kepada mereka kertas putih yang polos, bukan buku mewarnai (dengan gambar-gambar yang telah diterapkan sebelumnya) dan biarkan mereka menemukan sendiri kemana mereka ingin pergi. Jangan biarkan anak kehilangan kesempatan untuk bermain yang dapat mendorong perkembangan kreativitasnya.

-          Pilihlah alat-alat permainan yang bentuknya lebih mudah dibentuk seperti lilin mainan. Kreativitas anak lebih banyak berkembang jika anak dibiarkan bermain sambil berimajinasi. Bentuk alat permainan balok-balok yang saling disambung hanya dapat membentuk bangunan persegi yang terbatas, tidak terlalu banyak mengembangkan daya kreativitas anak.

Satu hal yang paling sering diabaikan adalah memberikan penghargaan akan apapun hasil yang akan anak lakukan. Anak mungkin saja menggambar atau membuat sesuatu yang terlihat konyol atau tidak masuk akal, namun tetap berikan pujian karena mereka telah mencoba membuat sesuatu yang baru. Jika orang tua menghargai kreativitas anak dan memberikan dukungan tanpa terlalu mengarahkan, maka mereka mungkin akan mempunyai anak-anak yang lebih kreatif. Apalagi, bila mereka sendiri juga kreatif.


****
Ditulis ulang oleh : Taksaka Wulung – taksaka.foundation@gmail.com
Sumber :  Majalah Nikah Edisi 6/I/2002 Halaman 57-59




Tidak ada komentar:

Posting Komentar